Sabtu, 08 Desember 2018

5 Prinsip Desain Logo yang Efektif

Belajar Desain Grafis | Halo Sobat Bloggers, sekarang kita akan coba membahas mengenai prinsip-prinsip desain dalam merancang logo. Sebuah logo yang baik adalah logo yang memiliki ciri khas, tepat, praktis, sederhana dan dapat menyampaikan pesan yang dimaksudkan. Dalam merancang logo yang efektif, sebaiknya kita tidak melupakan beberapa prinsip perancangan.

1. Sederhana (Simple)
Logo yang sederhana memungkinkan untuk lebih mudah diingat dan digunakan secara serbaguna. Logo yang sederhana tersebut dapat dimunculkan secara unik tanpa harus digambarkan berlebihan.
  
2. Mudah Diingat (Memorable)
Prinsip berikutnya masih berhubungan dengan prinsip kesederhanaan, yaitu bahwa sebuah logo harus mudah diingat. Cara mewujudkannya kembali lagi pada poin bahwa logo tersebut harus sederhana dan tepat sasaran.

3. Kekal (Timeless)
Logo yang baik haruslah tak lekang oleh waktu (kekal atau abadi). Yang menjadi pertanyaan adalah "Apakah logo tersebut masih efektif dalam jangka waktu 10, 15, 20 tahun mendatang?" Contoh yang dapat ditampilkan disini adalah perbandingan efektivitas logo Pepsi Cola dan Coca Cola. Dimana logo Coca Cola belum pernah diganti semenjak tahun 1885.

4. Serbaguna (Versatile)
Logo yang baik haruslah dapa diaplikasikan dalam berbagai macam media. Biasanya logo dibuat dalam format vektor (bukan bitmap) dengan tujuan agar logo tersebut dapat disesuaikan ke dalam berbagai ukuran. Untuk melakukan pengecekan terhadap logo yang kita buat, kita bisa menanyakan beberapa hal ini ke diri kita masing-masing:
  • Apakah logo tersebut dapat dicetak dengan satu warna?
  • Apakah logo tersebut masih jelas ketika dicetak di media seukuran perangko?
  • Apakah logo tersebut dapat diaplikasikan pada media sebesar papan billboard?
  • Apakah logo tersebut dapat diterapkan pada bidang inverse (kebalikan)? misalkan warna background gelap.
Cara untuk mendapatkan logo yang serbaguna adalah membuat desain logo tersebut dengan warna hitam-putih saja. Hal ini akan membuat kita memusatkan perhatian hanya pada bentuk dan konsepnya saja, bukan bertumpu pada pengolahan warna. Oiya sebaiknya Sobat Bloggers menggunakan panduan warna Pantone dalam merancang warna pada logo Anda.

5. Sesuai (Appropiate)
Prinsip terakhir dalam merancang logo adalah kesesuaian logo dengan tema yang dikerjakan. Ya, dengan kata lain yang dimaksud disini adalah kesesuaian karakter atau citra antara visual logo dengan konsep perusahaan. 

Ada pula sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa sebuah logo perusahaan tidak harus selalu memiliki visual produk yang mereka jual. Sebagai contoh perusahaan mobil tidak harus memvisualkan gambar mobil, perusahaan komputer tidak harus memunculkan gambar komputernya, atau Harley Davidson tidak menampakkan motor pada logonya, Nokia tidak memunculkan gambar telepon selular pada logonya, perusahaan Apple Inc tidak memasang gambar komputer juga pada logonya, bukan?

Baca juga disini mengenai pembahasan berbagai logo perusahaan yang tidak menampilkan apa yang dikerjakan oleh perusahaannya :D

Bagaimana menurut Anda, Sobat Bloggers? menurut Anda apakah ada prinsip-prinsip lain yang dapat membuat sebuah logo menjadi logo yang efektif? :)






sumber: justcreativedesign.com

Perbedaan Format Font


Dasar Desain Grafis | Hallo Sobat Bloggers, tentunya Anda pernah mendengar istilah 'TTF' atau 'TrueType Font' bukan? atau mungkin PostScript dan OpenType mungkin? Nah, kali ini kita akan coba membahas mengenai perbedaan dari masing-masing format font tersebut.

1. PostScript
Format font PostScript atau dikenal dengan nama lainnya 'Type-1', merupakan format font yang dikembangkan oleh Adobe di sekitar tahun 1980an, beberapa tahun sebelum diluncurkannya TrueType. Format tersebut berbasiskan teknologi cetak milik Adobe (Adobe PostScript printing technology) yang merupakan bahasa pemrograman komputer dimana memungkinkan mencetak hasil dengan resolusi tinggi untuk grafis berbagai macam ukuran. PostScript telah lama dipilih sebagai pilihan yang meyakinkan, terutama bagi desainer profesional, para penerbit dan percetakan.
Format font PostScript terdiri atas dua bagian dimana keduanya sama pentingnya, yaitu font yang benar-benar akan dicetak serta font yang muncul di layar monitor. PostScript dapat secara langsung ditempatkan dalam sebuah folder khusus font. Namun dahulu semua pengguna PC yang menggunakan OS Windows versi sebelum Windows 2000 harus menginstal Adobe Type Manager (ATM) terlebih dahulu untuk dapat menggunakan font PostScript tersebut.


2. TrueType
Font dengan format TrueType dikembangkan oleh Apple dan Microsoft pada tahun 1980an, beberapa tahun setelah dirilisnya font dengan format PostScript. Salah satu ciri dari TrueType adalah sebagian besar menyertakan dua jenis sistem operasi komputer (Macintosh dan Microsoft). Data font  TrueType tergabung dalam satu komponen sama baik untuk penggunaan font pada layar monitor dan mesin pencetak, hal tersebut memungkinkan proses instalasi menjadi semakin mudah, bahkan bagi seseorang yang awam sekalipun. TrueType Font juga dapat berbasis berbagai macam platform bahasa (Unicode).

3. OpenType
Font dengan format OpenType merupakan format font baru yang dikembangkan atas usaha bersama antara Adobe dan Microsoft. Layaknya TrueType, OpenType juga memiliki komponen data yang terpadu baik untuk kebutuhan pada layar monitor maupun untuk kebutuhan mesin pencetak. Format OpenType ini memiliki beberapa keunggulan yaitu kompatibel dengan berbagai sistem platform komputer (Macintosh & Windows) dan penambahan jumlah karakter set yang jauh lebih banyak. Format ini memiliki kemampuan hingga 65.000 karakter, ruang tambahan sebanyak ini sangat memberikan kebebasan bagi desainer font untuk membuat rangkaian karakter huruf kecil yang lebih lengkap, bentuk font alternatif dan karakter-karakter lainnya yang sebelumnya harus dipisahkan menjadi sebuah font baru yang berdiri sendiri.
Namun, tidak semua font OpenType memiliki kemampuan penambahan karakter seperti disebutkan diatas. Banyak juga font yang sudah dikonvert dari format PostScript atau TrueType tanpa menambahkan kemampuan tersebut sebagaimana format OpenType yang sesungguhnya. Format OpenType dijual dipasaran yang memiliki ruang tambahan untuk set karakternya, secara tidak resmi disebut juga dengan "OpenType Pro". Dukungan untuk OpenType Pro tersebut semakin bertambah, namun format ini belum stabil untuk digunakan dalam berbagai aplikasi.

Kesimpulan:
A. PostScripts Type-1 : Memiliki kualitas resolusi yang sangat baik, sangat cocok digunakan untuk keperluan penerbitan atau percetakan.
B. TrueType :  Fleksibel atau lintas platform bahasa (Unicode), data tunggal, sangat cocok digunakan untuk keperluan perusahaan atau kantor dimana membutuhkan kualitas yang tinggi pada layar dan multi bahasa.
C. OpenType : Menggabungkan kelebihan dari PostScripts dan TrueType, dengan penambahan fungsi lainnya yaitu penambahan jumlah karakter. Jenis OpenType ini terbagi dua: OpenType TT (.ttf) dan OpenType PostScript (.otf)
Jenis Font: TrueType (klik pada gambar untuk memperbesar)
Times New Roman (TrueType) memiliki multi bahasa (Unicode)
Jenis Font: OpenType PostScript juga memiliki multi bahasa (klik pada gambar untuk memperbesar)


sumber: a b 

10 Tipe Klien yang "Nakal"

Belajar Desain Grafis | Hai Sobat Bloggers, kali ini saya akan mencoba membahas mengenai tipe-tipe klien yang dianggap memiliki sifat "nakal", khususnya bagi Anda yang baru memulai berkecimpung di dunia freelance. Okay Sobat Bloggers mari kita kenali 10 tipe klien "nakal" tersebut.

1. Klien yang Selalu Meminta "Free Sample"
Tipe Klien seperti ini biasanya akan meminta contoh desain yang orisinil terlebih dahulu, bahkan sebelum terjadi kesepakatan pekerjaan. Hal semacam ini perlu kita waspadai karena bisa saja hal tersebut merupakan cara klien untuk mendapatkan desain secara cuma-cuma. Menurut saya dari sudut pandang klien memang tidak bisa dipungkiri jikalau klien ingin melihat draft desain kita, namun kita memiliki portofolio karya desaon yang pernah kita kerjakan sebelumnya, yang berfungsi sebagai galeri contoh. Jadi sebenarnya kita tidak wajib membuatkan klien contoh desain untuk proyek yang akan dikerjakan, kita cukup menunjukkan portofolio kita saja bukan? ;)

2. Klien yang Memberi Penambahan Brief
Tipe Klien seperti ini biasanya akan memberikan brief proyek yang kita anggap pengerjaan desainnya cukup ringan, dengan demikian kita akan mengajukan rincian biaya yang adil juga (biasanya kecil). Ketika masalah harga telah disetujui, biasanya klien akan memberikan brief-brief pekerjaan tambahan di tengah-tengah pengerjaan, dengan alasan lupa bahwa detail pengerjaan meliputi hal-hal lain. Intinya adalah bahwa klien akan mencoba mendapatkan kuantitas pengerjaan yang lebih banyak dengan harga desain pada pengajuan awal yang telah disetujui bersama.

3. Klien yang Bingung
Tipe Klien seperti ini biasanya memiliki banyak sekali visi terhadap desain yang akan dibuat. Biasanya klien tersebut akan berbicara, "Saya akan tahu desain yang cocok jika nanti saya sudah melihatnya". Hal tersebut sangat dapat menyulitkan kita sebagai desainer, karena apa yang ada di benak sang klien sulit ditebak, ia akan sulit untuk merasa puas. Sehingga jadwal kerja desain yang telah disepakati serta efort kerja kita akan otomatis lebih besar. Dan belum tentu setelah kita penuhi permintaan klien, ia akan merasa cocok dan puas dengan desain kita :D

4. Klien yang Hanya Minta Tolong
Tipe Klien seperti ini biasanya memberikan kesan bahwa proyek yang akan dikerjakan seakan-akan memiliki nilai tinggi dan hebat. Namun biasanya juga dari pembicaraan akan mudah diketahui bahwa ujung-ujungnya klien kita ini hanya membutuhkan pertolongan kita untuk membuat desain secara gratis. Ya, sebenarnya yang klien ini butuhkan adalah desainer yang berpredikat juga sebagai pekerja sukarela :))

5. Klien yang Super Sibuk
Tipikal Klien seperti ini biasanya sangat sibuk, sulit dihubungi, sulit ditemui dan kalaupun kita sudah sepakat untuk bertemu biasanya beliau selalu membatalkan dan mengundur pertemuan tersebut dengan berbagai alasan. Namun jangan kaget jika sewaktu-waktu beliau tiba-tiba bertanya mengenai progres desain kita. Tipe klien seperti ini saya anggap sebagai klien yang kurang menghargai perusahaannya sendiri. Sebab pekerjaan yang diberikan kepada kita tidak dianggap sebagai prioritas, padahal proyek tersebut beliau butuhkan untuk dirinya atau perusahaannya sendiri bukan?

6. Klien yang Posesif
Kebalikan dari Klien yang super sibuk, tipe klien ini biasanya sangat-sangat posesif. Beliau selalu "hadir" menghubungi kita hampir setiap saat. Menelepon, mengirim email bahkan kalau bisa beliau akan menunggui kita mengerjakan desain langsung bersamanya. 

7. Klien yang Selalu Merevisi
Nah menurut saya tipe klien yang satu ini paling sering ditemui. Biasanya klien tersebut akan selalu memberikan revisi terhadap desain kita. Baik mulai dari tahap konsep, desain draft awal, bahkan ketika desain sudah masuk ke tahap final desain (Final Artwrok), beliau akan terus melakukan revisi. Dan hal-hal yang direvisi seringkali dimulai dari bobot desain yang dianggap sepele (tidak direvisi juga tidak apa-apa / mengada-ngada) hingga hal-hal yang memang harus direvisi. 

Menurut saya, mungkin tindakan klien ini disebabkan oleh: beliau tidak percaya terhadap kemampuan kita sebagai desainer; beliau merasa desain kita selalu buruk sehingga tidak sesuai dengan apa yang ada dibenaknya; klien merasa bingung karena terlalu banyak ide-ide yang bermunculan di benaknya  (poin 3 diatas); atau bahkan beliau terus menerus melakukan revisi berdasarkan hanya ingin menunjukkan siapa yang berkuasa (konsumen adalah raja). Hal ini bisa dicegah jika kita secara jelas memberikan ketentuan mengenai jumlah maksimal revisi desain ketika kita mengajukan anggaran biaya awal ;)

8. Klien yang Senang Bergosip
Kedekatan kita dengan klien memang penting, tapi sebaiknya dilakukan masih dalam tahap profesionalisme kerja saja. Tipe Klien yang senang bergosip biasanya akan memberitahu kepada kita mengenai keburukan atau kekurangan dari atasan, rekan kerja bahkan desainer sebelumnya yang beliau pernah kontrak. Ikut-ikutan bergosip bahkan terlalu terbuka membeberkan tentang kekurangan kita sebaiknya dihindari, karena ada kemungkinan beliau juga akan bergosip tentang diri kita kepada orang lain, iya kan? :)

9. Klien yang Sulit Membayar
Tipe Klien seperti ini biasanya nampak seperti klien normal pada umumnya, sampai saat dimana surat penagihan biaya dikirmkan kepada beliau. Biasanya beliau akan memberikan berbagai macam alasan untuk tidak membayar tepat waktu. Misalkan uang anggaran desain belum turun, atau terpakai dulu untuk keperluan lain yang lebih darurat. Apapun alasan yang beliau berikan sebaiknya kita tetap sabar dalam melakukan "follow up" penagihan dengan kepala dingin dan bukan dengan emosi. Untuk mengurangi resiko seperti ini ada baiknya dalam surat perjanjian kerja sama, kita mencantumkan ketentuan bahwa pembayaran desain dibagi ke dalam tiga tahap (misalkan). Tahap pertama untuk tanda jadi (down payment), tahap kedua ketika pengerjaan desain sudah memasuki tahap X% dan pembayaran ketiga dilakukan ketika desain sudah dianggap final (final artwork).

10. Klien yang Menekan Harga 
Tipe klien demikian sering kita temui, biasanya beliau akan menekan, menawar bahkan membandingkan biaya proyek yang kita dengan desainer lain. Biasanya jawaban umum yang dapat kita berikan jika beliau membandingkan dengan desainer yang lebih murah adalah, "Jika Anda menemukan seseorang yang dapat mengerjakan desain tersebut dengan harga yang lebih murah, silakan Anda pesan desain ke orang tersebut" :))

Okay Sobat Bloggers, tadi kita sudah mengetahui beberapa tipe klien dengan sifat-sifatnya, berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi Klien yang "Nakal" tersebut:
1. Sebaiknya kita mengetahui secara pasti terlebih dahulu siapa klien kita. Kita dapat mencari informasi tersebut dari rekan sesama desainer yang sudah terlebih dahulu bekerja dengan klien tersebut. 
2. Sebaiknya semua kebutuhan desain kita diskusikan terlebih dahulu sebelum kita dan klien sepakat menandatangani surat perjanjian kerjasama.
3. Jujur pada diri sendiri, jangan menerima proyek dari klien hanya berdasarkan keputusasaan kita semata.
4. Ikuti kata hati kita, jangan menerima proyek jika kita memiliki perasaan yang tidak enak terhadap klien tersebut.
5. Perhatikan dengan seksama setiap kemauan klien, kita bisa menangkap sinyal-sinyal tipe klien di atas hanya dari pembicaraan kita dengan klien.

Bagaimana dengan Anda, Sobat Bloggers? Apakah Anda memiliki pengalaman "unik" dengan klien-klien diatas? atau masih adakah tipe klien lainnya yang belum saya sebutkan diatas? atau mungkin Anda adalah salah satu klien diatas? silakan share disini ya ;)

Tutorial Logo Import Vektor di Blender [2.49]

Belajar Desain Grafis | Di tutorial kali ini kita akan belajar membuat logo 3D dengan cara membuat file vektor dan import di Blender.


Tutorial Membuat Efek Neon Glow di Blender [2.59]


Belajar Desain Grafis | Kali ini saya mencoba berbagi cara membuat efek sinar yang berpendar dari lampu neon (yang dibuat dari objek tanpa lamp samasekali). 
Semoga bermanfaat ;) 

Sekilas Sejarah Blender 3D

Belajar Desain Grafis | Blender yang dimaksud disini bukan alat yang sering kita gunakan di dapur, tapi  kita akan membicarakan tentang software 3D ;)

Pada tahun 1988, Ton Roosendaal mendirikan Studi NeoGeo di Belanda dan dengan cepat berkembang menjadi studio animasi terbesar di Belanda. Pada saat itu Ton bertanggung jawab untuk mengarahkan unsur seni dan pengembangan software. Setelah dilakukan musyawarah, maka diputuskan bahwa program 3D yang sedang digunakan harus ditulis ulang dari awal, sehingga pada tahun 1995 program 3D tersebut dirancang-tulis kembali sebagai "Blender" yang kita kenal sekarang ini.


Kemudian pada tahun 1998, Ton mendirikan sebuah perusahaan baru yang disebut dengan "Not a Number" (NaN) yang bertujuan untuk memasarkan dan mengembangkan Blender lebih lanjut. Ruang lingkup bisnis NaN antara lain menyediakan produk-produk komersil serta layanan sekitar Blender.



Pada tahun 2000, NaN dibiayai oleh beberapa perusahan investor, tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan program gratis untuk konten 3D-interaktif  (on-line) dan program versi komersilnya. Namun sangat disayangkan pada awal tahun 2002 para perusahaan investor tersebut menutup operasi dan menghentikan pengembangan Blender. Kejadian tersebut tidak dengan mudah diterima oleh komunitas pengguna, mereka tidak menyetujui Blender menghilang dan terlupakan. 

Pada bulan Mei 2002, Ton Roosendaal memulai "Blender Foundation" sebuah yayasan nirlaba yang bertujuan untuk terus mengembangkan dan mempromosikan Blender sebagai proyek "open source". Pada bulan Juli 2002, Ton berhasil bekerjasama dengan investor NaN untuk mencoba membuka "source" Blender. Kampanye "Blender Gratis" berusaha mengumpulkan dana sebesar 100.000 EUR, sehingga investor NaN bersedia untuk membuka "Source" Blender. Hal yang mengejutkan adalah kampanye penggalangan dana tersebut berhasil mengumpulkan 100.000 EUR hanya dalam waktu tujuh minggu. 

Tanggal 13 Oktober 2002, Blender dirilis pertama kali dengan ketentuan GNU (General Public License). Sejak saat itu, pengembangan Blender terus dilakukan hingga saat ini dengan bantuan relawan-relawan dari seluruh penjuru dunia dibawah pimpinan Ton Roosendaal. Agar Blender dapat terus berkembang maka sebagai salah satu cara penggalangan dana, Blender Foundation memutuskan untuk membuat berbagai film pendek 3D, dengan menggunakan sumber daya manusia dari orang-orang yang tergabung dalam komunitas Blender di seluruh dunia. Beberapa proyek "Open Movie" yang pernah diselenggarakan oleh Blender Foundation  antara lain:
  • Project Orange dimulai tahun 2005 dengan judul film "Elephants Dream". Tidak hanya keseluruhannya dibuat dengan program "open source", namun karena keberhasilannya sebagai film "open movie" pertama, maka Ton Roosendaal mendirikan "Blender Institute" di musim panas tahun 2007. Kini Blender Institute digunakan sebagai studio permanen dengan tujuan untuk menjalankan visi Blender Foundation sekaligus untuk memfasilitasi hal-hal yang berhubungan dengan film-film "open movies", game dan visual effects.


    • Project Peach, dimulai pada April 2008 menghasilkan film berjudul "Big Buck Bunny"



    • Open Game dengan judul "YoFrankie!" dirilis pada September 2008


    • September 2010, film pendek "Sintel" yang ditayangkan pada Netherland Film Festival dengan 450 kursi habis terjual.


    • Juli 2009, Ton menerima penghargaan Doktor Kehormatan dalam bidang Teknologi dari Leeds Metropolitan University untuk kontribusinya dalam pengembangan teknologi kreatif.


    Untuk sejarah Blender selengkapnya dapat dibaca disini :)

    Senin, 19 Maret 2012

    Koleksi Splash Screen Blender berbagai versi

    Belajar Desain Grafis | Splash Screen, yep! kalau kita sering membuka berbagai macam software komputer, tentunya sering melihat yang namanya "Splash Screen" ini ya.. Biasaya di Splash Screen ini ada informasi mengenai nama software, developer softwarenya, versi, nama-nama team dan lain sebagainya.. yang menarik seringkali splash screen ini memiliki grafis yang berbeda-beda di setiap kemunculan versinya.. sungguh unik dan menarik untuk di koleksi.. meski dalam hal ini saya baru menggunakan Blender di versi 2.49 :D
    Oiya, biasanya Splash Screen ini disayembarakan, jadi siapapun yang terpilih.. hasil karya nya akan dimuat sebagai Splash Screen

    Nah, ini ketentuan merancang Splash Screen Blender:
    1. Tidak boleh menampilkan / menggunakan logo Blender
    2. Tidak boleh menggunakan model monyet Blender (Suzanne)
    3. Tidak boleh menggunakan logo-logo lain
    4. Sangat memungkinkan untuk menghasilkan gambar apapun
    5. Setiap perorangan tidak dibatasi dalam jumlah pengiriman karya 


    Pasti rasanya akan bangga, soalnya nama pemenangnya juga tercantum.. bagaimana, tertarik mencoba membuat Splash Screen Blender untuk versi selanjutnya?  :D










































    Sumber (kecuali SplashScreen 2.62 - 2.61 - 2.60 - 2.59)